Entri Populer

ABDURRAHMAN BIN QASIM

Diposting oleh jundullah-online Kamis, 28 Mei 2009

Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Qasim bin Khalid bin Janadah Abu Abdullah Al Utaqy Al Mishry. Beliau dilahirkan pada tahun 132 Hijriyah, hidup selama 59 tahun, beliau wafat tahun 191 Hijriyah.

Beliau menggali ilmu dari para ulama', diantaranya: Malik, Bakar bin Mudhor, Abdurrahman bin Syuraih, Nafi' bin Abi Nu'aim Al Muqri', Ibnu Uyainah, Yazd bin Abdul Malik An Naufaly.

Ilmu yang beliau miliki diajarkan kepada beberapa orang murid, diantaranya: Ashbagh bin Faraj, Al Harits bin Miskin, Suhnun bin Said, Said bin Isa, Isa bin Matsrud, Muhammad bin Salamah Al Murady, Abdurrahman bin Abi Ghamr. Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam, Isa bin Hammad.

Beliau adalah salah seorang ulama' dan mufti penduduk Mesir, memiliki banyak harta kekayaan, kekayaan tersebut tidak beliau gunakan untuk berfoya-foya atau mengejar kesenangan dunia, melainkan beliau gunakan untuk kegiatan belajar mengajar (karena beliau memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya ilmu), bahkan beliau tidak mau memberi hadiah kepada raja (pemerintah), karena raja adalah orang kaya yang tidak pantas diberi hadiah. Beliau berkepribadian baik, sholeh, wara', dan bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Kezuhudan dan kewara'an beliau sangat menakjubkan.

Komentar ulama' tentang beliau,

Nasa'i berkata: "Dia Tsiqqah dan terpercaya". Demikian juga yang dikatakan oleh Al Hakim dan Al Khathib.

Al Harits bin Miskin berkata: "Saya mendengar Ibnu Qasim berkata:

Allahumma Imna'id dunya minni wamna'ni minha

"Yaa Allah, hindarkanlah aku dari dunia dan hindarkanlah dunia dariku"

malik berkata ketika ada orang yang menyebut nama Ibnu Qasim:

'Aafaahullahu, matsalahu kamatsali jiraabin mamluuin miskiinin

"Perumpamaan dia adalah seperti kantong kulit yang tebal, penuh (dengan harta), akan tetapi dia seperti orang miskin (zuhud-red)".

Suatu hari Malik ditanya oleh seseorang tentang Ibnu Wahab dan Ibnu Qasim, maka ia berkata: "Ibnu Wahab adalah orang yang alim, dan Ibn uQasim adalah orang yang faqih".

Asad bin Furat berkata: "Ibnu Qasim mengkhatamkan Al Qur'an dua kali dalam sehari semalam. Ketika mengunjunginya, aku melihat dia bersemangat dalam mengkhatamkan Al Qur'an dan dia suka dalam mengamalkan ilmu."

Diriwayatkan oleh Al Harits bin Miskin dari ayahnya ia berkata: "Ibnu Qasim adalah orang yang faham rajin beribadah dan ilmunya sangat terkenal.".

Ath Thahawy berkata: "Saya mendengar Ibnu Qasim berkata: "Saya tidak mendapatkan aib pada diri seseorang melainkan jika ia masuk (mendekat) kepada pemimpin. (Jika sudah dekat) pasti ia akan menyibukkan diri untuk memenuhi kebutuhannya".

Sa'id bin Haddad pernah mendengar Suhnun berkata: "Apabila saya menanyakan Ibnu Qasim tentang permasalahan yang sedang dihadapinya, maka Ibnu Qasim akan berkata bahwa ada suatu penyakit di atas kepalanya yang timbul akibat Qiyamullail. Dan jarang sekali Ibnu Qasim menampakkan diri kepada kami kecuali sambil berkata: "Bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya perkara (kebaikan) yang sedikit yang diikuti dengan bertaqwa kepada Allah, akan menjadi banyak. Dan perkara (kebaikan) yang banyak tanpa diikuti dengan ketaqwaan kepada Allah, akan menjadi sedikit".

Sebagai seorang muslim yang mampu, maka ia berkewajiban menunaikan rukun Islam yang kelima, yaitu haji. Suhnun bercerita tentang pengalamannya ketika berangkat haji. Suhnun berkata: "Ketika musim haji tiba, aku menemani Ibnu Wahab, Ays'ab ditemani oleh anaknya yang yatim, dan Ibnu Qasim ditemani oleh anaknya (Musa)"

Ada sebuah pengalaman menarik yang dialami oleh Abu Said, ia menuturkan: "Ketika kami menginap di sebuah masjid di kota Hijaz, kami tidur. Ibnu Qasim berkata (seakan-akan memberi peringatan): "Wahai Abu Said! Saya bermimpi melihat orang masuk masjid ini dari salah satu pintunya, ia menemui kita dengan membawa baskom yang ditutupi yang berisi kepala babi. Saya memohon kepada Allah semoga mendapat kebaikan dari mimpi tersebut.". Tak lama kemudian, kami didatangi oleh seseorang yang membawa baskom tertutup dengan sapu tangan dan berisi anggur yang berasal dari desa tersebut. Ia menyerahkannya kepada Ibnu Qasim sambil berkata, "Silahkan dimakan tuan!".

"Maa ilaa dzalika min sabil!" kata Ibnu Qasim.

"Kalau demikian, berikan saja kepada sahabat anda." Kata orang tersebut.

"Bagaimana akan saya berikan kepada sahabat-sahabatku, kalau aku saja tidak berani memakannya!" kata Ibnu Qasim.

Orang tersebut akhirnya pergi, dan Ibnu Qasim berkata kepadaku, "Itulah ta'wil dari mimpiku, karena ada yang mengatakan bahwa desa tersebut adalah berstatus waqaf ghashab.

Hadits yang pernah diriwayatkan oleh beliau diantaranya terdapat dalam kitab Shahih Bukhari :8/277, 13/391, hadits nomor 3372, 3387, 4537, 4694. Juga terdapat dalam kitab Al Muwaththa': 1/240, dan dalam Shahih Muslim hadits nomor 736.

Referensi :

1. Siyar A'lami Nubala', Adz Dzahaby, Mu'assasah Ar Risalah, Juz 9 hal.120

2. Thabaqatul Huffadz, As Suyuthy, Darul Kutub Al Ilmyah, hal.152



Artikel Terkait:

0 komentar

Posting Komentar